Gang Semen Kini Tinggal Nama
BOGOR – Popularitas Gang Semen, Komplek Prostitusi, di desa Cibogo, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini tinggal nama. Sejak dibongkar oleh Pemerintah Kabupaten Bogor pada 13 Agustus 2009 lalu, yang tersisa hanya puing-puing reruntuhan bangunan sejumlah hotel / penginapan yang sebelumnya menjadi ajang prostitusi. Yang tetap berdiri hanya rumah-rumah penduduk sekitar bekas bangunan-bangunan yang sudah dirobohkan itu.
Pembongkaran dilakukan Pemerintah kabupaten Bogor karena kompleks Gang Semen itu melanggar izin bangunan. Bangunan yang seharusnya untuk tempat tinggal dijadikan bangunan penginapan yang kemudian dijadikan tempat maksiat.'' Masyarakat yang merasa terganggu juga sering melaporkan kegiatan prostitusi itu ke kecamatan,'' kata Ridwan S.Sos, Kasi Tramtib Kecamatan Megamendung kepada Republika Kamis (7/1) pagi di kantornya.
Data yang diperoleh Republika di Kantor Kecamatan Megamendung menunjukkan bahwa bangunan hotel / penginapan di Gang Semen yang dibongkar antara lain, Hotel Budi Luhur 1 dan 2, Hotel Famili, Hotel Budi Asih, Hotel Indra dan Hotel Benoa.
Sebelum dilakukan pembongkaran, sebenarnya pihak Kecamatan Megamendung sudah sering melakukan penertiban terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK). Tetapi tidak lama setelah penertiban PSK itu beroperasi kembali sehingga meresahkan masyarakat sekitarnya dan beberapa kali masyarakat melapor ke kecamatan tentang keberatan masyarakat atas kompleks pelacuran itu.
Kasie Tramtib Kecamatan Megamendung, Ridwan,S.Sos, menjelaskan kepada Republika, Pemkab Bogor sudah berkali-kali mengingatkan pemilik hotel/losmen liar itu agar menghentikan kegiatannya, tetapi tidak digubris. '' Akhirnya kompleks itu kita bongkar'', katanya.
Ridwan mengatakan, “ Selama Bapak Rachmat Yasin masih aktif sebagai bupati, gerakan Nobat ( Nongol Babat ) akan tetap dilaksanakan“.
Ia mengatakan, kini kegiatan pelacuran di Gang Semen sudah tidak ada lagi. Di antara PSK penghuni gang itu kemungkinan ada yang pindah ke Gang Sempit dan Gang Bengkel di Kecamatan Cisarua. Itu di luar daerah kita` katanya.
Setelah dilakukan pembongkaran, yakni pada tanggal 12 September 2009, para PSK Gang Semen menandatangani surat pernyataan yang berisikan: pertama, mereka tidak akan kembali ke lokalisasi Gang Semen; kedua, tidak akan melakukan perbuatan asusila,khususnya di wilayah Kecamatan Megamendung umumnya di kabupaten BOgor; ketiga, mereka menyadari kesalahannya selama ini dan akan kembali ke jalan yang benar dan akan kembali ke rumah masing-masing; dan keempat, apabila melakukan perbuatan prostitusi di kecamatan itu mereka siap dimasukkan ke pusat rehabilitasi.
Tidak Hanya PSK yang menandatangani surat pernyataan, para mucikari juga melakukan hal serupa.
Isi Surat Pernyataan dengan mucikari antara lain: pertama, tidak akan lagi membuka lokalisasi Gang Semen dan menyatakan bahwa lokalisasi Gang Semen tutup; kedua, lokalisasi Gang Semen akan dikembalikan fungsinya sebagai sarana perhotelan sesuai dengan perijinan dari Pemerintah Kabupaten Bogor dan ketiga, para mucikari menyatakan sejak saat itu akan memulangkan para wanita ke tempat asalnya.
Sebelum pembongkaran dan kegiatan prostitusi di Gang Semen ditutup, para PSK diberikan pilihan, mereka siap menjadi TKW di Luar Negeri,masuk pusat rehabilitasi di Pasar Rebo, Jakarta atau pulang ke kampung masing-masing, Ridwan menjelaskan.
Para PSK Gang Semen mayoritas berasal dari Cianjur, Sukabumi, Kuningan dan Indramayu. Usia mereka berkisar dari 16 tahun sampai 30 tahun. Alasan mereka menjadi PSK sangat klasik, faktor ekonomi.
Sejarah Gang Semen
Gang Semen sudah ada sejak tahun 1950. Berawal dari berdirinya Pabrik Semen Merah, warga setempat banyak yang memproduksi semen merah, tempat ini pun menjadi tempat perniagaan. " Lazimnya, apabila ada kegiatan niaga, biasanya banyak orang yang singgah, dan orang yang singgah biasanya mencari teman perempuan, lama-lama yang terkenal bukan semen merahnya tapi perempuannya," Kata Ridwan panjang lebar.
Pabrik semen merah pun beralih fungsi menjadi penginapan yang menyediakan perempuan penghibur. Dan kemudian lebih dikenal sebagai Gang Semen.
Gang Semen ini merupakan komplek prostitusi terbesar di Bogor seperti halnya Gang Dolly di Surabaya.
Gang yang letaknya tidak terlalu jauh dari Jalan Raya Cibogo ini juga sudah go International.
Meski kegiatan prostitusi di Gang Semen sudah ditutup, namun masyarakat sekitar gang tersebut susah diajak bicara perihal sejarah gang itu.
Pemilik kios di muka Gang Semen, perempuan berperawakan gemuk, hanya bicara seperlunya saja ketika ditanya bangunan apa yang runtuh dan alasan diruntuhkan apa. " Itu bekas hotel, saya tidak tahu kenapa diruntuhkan," ujarnya hati-hati.
Tiga meter dari Gang Semen, ada Rumah Makan Padang, Surya Minang, di kacanya tertempel sebuah kertas dengan tulisan Motor dari Gang semen dilarang parkir di sini .
Walaupun di dunia nyata Gang Semen sudah tidak ada, tapi di dunia maya Gang Semen tetap eksis. Di jejaring sosial facebook, ternyata ada group Gang Semen. Entah memang anggota grup nya adalah para pemakai jasa PSK di gang semen atau hanya orang-orang yang sekadar ingin tahu apa gang semen itu. Terdiri dari 199 anggota yang bergabung di grup Gang Semen, tapi melihat komentar di dinding grup ini, ada juga yang bergabung hanya karena penasaran dengan nama Gang Semen.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar